Sabtu, 30 November 2019

Explorasi 2019 hari ke-4

Hari ke-4

Suara adzan berkumandang, kami semua terbangun dari mimpi, tapi dalam posisi masih terbaring di ubin, satu-persatu mulai melangkahkan kaki ke toilet, shalat dan mencuci sandal yang sehari sebelumnya bertumpuk dengan tanah. kejadian mirip seperti kemarin, kami telat Berangkat ke saung untuk refleksi lagi karena mencuci sandal dulu, tapi sandal kami jadi sandal yang paling bersih di antara regu-regu lain.


Ke tempat pembuatan sotong
Kegiatan pertama hari ini adalah pergi ke tempat pembuatan sotong yang tempatnya cukup jauh dari rumah bu Eti maupun dari saung, disana tempatnya seru, besar, bersih dan sejuk. Kami diajari cara membuat sotong dengan karyawan disana, kami juga diberi kesempatan mencoba menggulung dan membakar sotong. Aku dan Kayyisha  memiliki gulungan sotong yang rapi sehingga  sotong buatan  kami berdua disortir untuk dijual. Sayang sekali waktu aku mencoba Membakar adonan sotongnya, aku gagal, seharusnya berbentuk seperti pancake namun malah seperti obat nyamuk bakar.

Setelah berkunjung ke tempat pembuatan sotong Kami bersama regu-regu lain makan siang bersama di saung, dilanjutkan dengan belajar membuat angklung. Sayang sekali di kegiatan yang seru ini aku malah tertidur saking ngantuknya, tapi aku terbangun ditengah belajar main angklung. Ternyata bermain alat musik angklung itu seru!

Setelah rasa ngantukku pudar kami lanjut ‘Menangkap ikan’ di empang. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba! Regu putri lebih dulu menangkap ikan, hasil tangkapan regu-regu putri tak begitu banyak, sedangkan regu-regu putra mendapatkan ikan yang banyak karena ikanya sudah mabuk dan airnya juga sedikit menyurut, kalau ikannya mabuk dia akan mengapung jadi lebih mudah untuk ditangkap.
Waktu jalan pulang menuju rumah bu Eti tiba-tiba hujan deras. Aku sampai dirumah lebih dulu sementara Kayyisha, Titan dan Indri terjebak hujan deras di saung. Aku menunggu hujan reda di teras rumah bu Eti agar bisa mandi dengan reguku tapi ternyata mereka sedang asik main hujan-hujanan dengan yang lain. Jadilah aku masuk angin, untung Kayyisha dan Titan pulang lebih cepat, aku jadi bisa mandi lebih cepat.
Setelah mandi kami latihan bernyanyi bersama regu libra, regu libra menciptakan lagu dangdut koplo dan tim azalea sebagai ‘Backsoundnya’ tapi akhirnya mereka tak jadi tampil dikarenakan Alfar sedang sakit.


Pentas untuk kampung Zuhud
Malamnya kami akhirnya melakukan pentas di lapangan dekat saung. Di tengah lapangan juga dinyalakan api unggun dan disediakan makanan seperti ikan, sate kambing, nasi liwet dan banyak lagi. Regu azalea menjadi regu ke-3 yang tampil, saat tampil aku agak sedikit grogi hingga lupa lirik lagu. Alhamdulillah pentasnya berjalan lancar, selesai bernyanyi tubuhku langsung tenang setelah panik karena tegang. Sesudah itu aku briefing sedikit dengan regu taurus soal pentas mereka yaitu ‘Drama Malin kundang’ aku membantu mendirect sedikit dan juga styling. Regu taurus berhasil membuat ramai kampung Zuhud dengan tawa karena drama komedinya yang konyol. Malam itu menjadi malam yang berkesan bagiku. Api unggun, sate kambing, nasi liwet, pentas dan banyak hal yang menjadi kenangan indah di kampung Zuhud. Malam terakhir di kampung Zuhud ini kami tutup dengan tidur.

Explorasi 2019 hari ke-5

Hari ke-4

Suara adzan berkumandang, kami semua terbangun dari mimpi, tapi dalam posisi masih terbaring di ubin, satu-persatu mulai melangkahkan kaki ke toilet, shalat dan mencuci sandal yang sehari sebelumnya bertumpuk dengan tanah. kejadian mirip seperti kemarin, kami telat Berangkat ke saung untuk refleksi lagi karena mencuci sandal dulu, tapi sandal kami jadi sandal yang paling bersih di antara regu-regu lain.


Ke tempat pembuatan sotong
Kegiatan pertama hari ini adalah pergi ke tempat pembuatan sotong yang tempatnya cukup jauh dari rumah bu Eti maupun dari saung, disana tempatnya seru, besar, bersih dan sejuk. Kami diajari cara membuat sotong dengan karyawan disana, kami juga diberi kesempatan mencoba menggulung dan membakar sotong. Aku dan Kayyisha  memiliki gulungan sotong yang rapi sehingga  sotong buatan  kami berdua disortir untuk dijual. Sayang sekali waktu aku mencoba Membakar adonan sotongnya, aku gagal, seharusnya berbentuk seperti pancake namun malah seperti obat nyamuk bakar.

Setelah berkunjung ke tempat pembuatan sotong Kami bersama regu-regu lain makan siang bersama di saung, dilanjutkan dengan belajar membuat angklung. Sayang sekali di kegiatan yang seru ini aku malah tertidur saking ngantuknya, tapi aku terbangun ditengah belajar main angklung. Ternyata bermain alat musik angklung itu seru!

Setelah rasa ngantukku pudar kami lanjut ‘Menangkap ikan’ di empang. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba! Regu putri lebih dulu menangkap ikan, hasil tangkapan regu-regu putri tak begitu banyak, sedangkan regu-regu putra mendapatkan ikan yang banyak karena ikanya sudah mabuk dan airnya juga sedikit menyurut, kalau ikannya mabuk dia akan mengapung jadi lebih mudah untuk ditangkap.
Waktu jalan pulang menuju rumah bu Eti tiba-tiba hujan deras. Aku sampai dirumah lebih dulu sementara Kayyisha, Titan dan Indri terjebak hujan deras di saung. Aku menunggu hujan reda di teras rumah bu Eti agar bisa mandi dengan reguku tapi ternyata mereka sedang asik main hujan-hujanan dengan yang lain. Jadilah aku masuk angin, untung Kayyisha dan Titan pulang lebih cepat, aku jadi bisa mandi lebih cepat.
Setelah mandi kami latihan bernyanyi bersama regu libra, regu libra menciptakan lagu dangdut koplo dan tim azalea sebagai ‘Backsoundnya’ tapi akhirnya mereka tak jadi tampil dikarenakan Alfar sedang sakit.


Pentas untuk kampung Zuhud
Malamnya kami akhirnya melakukan pentas di lapangan dekat saung. Di tengah lapangan juga dinyalakan api unggun dan disediakan makanan seperti ikan, sate kambing, nasi liwet dan banyak lagi. Regu azalea menjadi regu ke-3 yang tampil, saat tampil aku agak sedikit grogi hingga lupa lirik lagu. Alhamdulillah pentasnya berjalan lancar, selesai bernyanyi tubuhku langsung tenang setelah panik karena tegang. Sesudah itu aku briefing sedikit dengan regu taurus soal pentas mereka yaitu ‘Drama Malin kundang’ aku membantu mendirect sedikit dan juga styling. Regu taurus berhasil membuat ramai kampung Zuhud dengan tawa karena drama komedinya yang konyol. Malam itu menjadi malam yang berkesan bagiku. Api unggun, sate kambing, nasi liwet, pentas dan banyak hal yang menjadi kenangan indah di kampung Zuhud. Malam terakhir di kampung Zuhud ini kami tutup dengan tidur.

Explorasi 2019 hari ke-3

Hari ke-3

Duk,duk,duk, pagi-pagi pukul 03.59 kami terbangun mendengar suara bu Eti yang sedang beres-beres rumah. Seusai bangun tidur kami melipat sleeping bag dulu. Aku selalu saja gagal melipatnya, hal tersebut malah membuang-buang waktu hingga membuat kami telat berangkat ke saung untuk refleksi.

Setelah selesai shalat kami berangkat ke saung untuk refleksi. Kami menjadi regu paling telat datang karena ‘gagal melipat sleeping bag berkali-kali’.
Setelah refleksi kami kembali ke rumah bu Eti untuk sarapan. Tercium aroma gorengan yang rasanya manis dari dapur yaitu pisang goreng, pisang goreng buatan ibu Eti sangatlah lezat jadi kami hanya sarapan pisang goreng.
Selesai sarapan kami lanjutkan dengan tilawah surat an-naba, setiap orang 5 ayat berganti giliran.
Setelah tilawah  kami seregu mengerjakan log book bersama sambil tiduran di teras rumah bu Eti. Kami juga iseng mencorat-coret ubin rumah bu Eti dengan pensil tapi setelah itu kami hapus lagi.

Seperti biasa, aku dan Kayyisha bermain kartu lagi, kali ini kami bermain di dekat tebing sambil melihat pemandangan hutan-hutan, desa-desa dan awan-awan. Tebingnya lumayan dekat dengan saung jadi masih ada kakak-kakak mentor yang mengawasi.


Bermain di rumah pak Ondin
“Kita balik ke rumah bu Eti yuk!“ ajakku pada Kayyisha, ditengah-tengah perjalanan pulang kami bertemu Vacha teman kami sedang buru-buru mengambil barang, lalu aku tanya “Eh, teman-teman yang lain pada kemana sih?“
“Lagi pada minum air kelapa di rumah inang regu leo“ jawabnya.
Aku dan Kayyisha langsung berlari kesana, takut kehabisan air kelapa. Kami bertemu regu taurus, leo, pisces, libra, aquarius dan azalea (Indri dan Titan) di rumah pak Ondin ayah inang regu leo mereka sedang meminum air kelapa dari batoknya, untungnya aku dan Kayyisha masih kebagian air kelapa, entah kenapa air kelapa yang kami minum rasanya kayak ada sodanya, tapi enak juga sih setelah kenyang air kelapa kami bermain kartu UNO dengan regu-regu yang tadi minum kelapa bersama kami, kami lesehan di taman rumah pak Ondin dengan pepohonan yang rimbun dan angin semilir, membuat kami betah disana.

Kegiatan yang diadakan kakak mentor hari ini adalah menanam pohon di hutan dekat saung sebagai kenang-kenangan. Kata Kak Andit,  “Menanam pohon adalah kenan-kenangan yang long lasting“. Reguku menanam pohon mangga dan durian. Kami jadi belajar mengetahui penggunaan peralatan menanam. Disaat kami baru selesai menanam hujan pun turun, akhirnya kami lanjutkan dengan bermain hujan. sandal-sandal tebal dengan tanah membuat kami jadi malas jalan-jalan keman-mana. Akhirnya kami kembali ke rumah pak Ondin untuk bermain kartu lagi, rumah pak Ondin sangatlah seru untuk digunakan sebagai tempat bermain, luas dan sejuk.

Langit menunjukan waktu mahgrib, aku dan reguku segera kembali ke rumah bu Eti untuk mandi, shalat dan makan malam bersama melanjutkan “Sesi curhat“ sehari sebelumnya. Lalu berangkat Ke saung untuk refleksi dengan kakak mentor. Kami diberi tahu bahwa akan ada pentas kecil untuk warga kampung Zuhud yang diadakan oleh kakak mentor besok malam. Kami memilih bernyanyi untuk pentas tersebut, lagu yang kami pilih berjudul “Laskar pelangi“ jadi malam itu kami latihan menyanyi di rumah bu Eti.

 sebelum tidur kami ditugaskan oleh kakak mentor untuk mengerjakan log book. Sambil mengerjakan kami memakan cemilan yang ada dimeja ruang tamu bu Eti, sampai seperempat toples besar, lalu tertidur pulas di dalam sleeping bag.

Explorasi 2019 hari ke-2

Hari ke-2
Kukuruyuuuuk!!! Suara ayam ada dimana-mana membuatku terbangun dari tidur, aku langsung bergegas shalat melihat bu Eti yang sudah memulai aktivitasnya. Selesai shalat kami berangkat ke saung untuk bertemu kakak-kakak mentor yang akan melakukan refleksi bersama.

Setelah refleksi kami kembali ke rumah bu Eti, membantu beres-beres rumah. Aku membantu bu Eti mengepel rumah, saat aku bertanya pada bu Eti “Bu mau pinjem pel, Pelnya dimana ya?“ bu Eti malah memberi selembar kain dan bilang “Ini pelnya“ ternyata bu Eti kalau  mengepel pakai kain, alhasil akupun mengepel dengan kain. Ini pertama kalinya aku mengepel dengan kain untuk satu rumah, ternyata seru dan lelah juga.

“Ini makan dulu“ panggil bu Eti yang sedang menghidang semangkuk nasi dan lauk-lauknya. Kami lesehan di teras rumah bu Eti karena di teras lebih nyaman buat kami dan bisa sambil memberi makan kucing.
Sehabis sarapan kami diajak memotong ayam oleh bu Eti yang membantu memotong ayam pak Engkus tetangga depan rumah bu Eti dan yang mencabuti bulunya kami semua (regu azalea) aku juga coba memotong bagian-bagian tubuh ayam dengan kapak, ini pertama kalinya aku memotong dengan kapak jadi aku sedikit kesulitan saat memotong. Setelah ayam sudah dicuci bersih, kami mulai memasak dibantu oleh bu Eti, ayam ini kami olah menjadi ayam rica-rica.


Membuat rujak
Setelah lelah memasak kami dan regu libra membuat rujak bersama. Hal memalukan terjadi karena “Andini tak bisa mengupas mangga“ diruma, ibu selalu mengajari cara mengupas mangga dan aku tetap belum bisa sampai sekarang. mengupas mangga yang sudah matang Saja aku masih kesulitan, apalagi yang belum matang untung ada Kayyisha yang bisa mengupas mangga jadi ada yang membantuku. Sementara itu Indri dan Titan menumbuk bumbu rujak.

***

Aku dan Indri diajak mencuci baju bersama ibu Eti di dekat empang, disitu ada sumur yang memang biasa digunakan oleh warga sekitar. Disini aku mencuci baju dengan ember, dikucek-kucek, diperas-peras hingga yang ada baju yang sedang kupakai ikut basah. Aku selesai mencuci baju terlebih dahulu, disaat yang sama Kayyisha dan Titan sedang menangkap belalang di dekat empang juga, jadi aku ikut menangkap belalang bersama mereka, niatnya untuk dimasak tapi akhirnya tidak jadi karena kami lupa.

Satu jam berlalu, kami seregu kembali bermain lagi seperti biasa yaitu memanjat pohon di dekat rumah bu Eti dan main kartu. Karena kelaparan kami akhirnya mencicipi ayam rica-rica yang tadi dimasak bersama ibu Eti. Sambil makan kami juga ngobrol-ngobrol dengan bu Eti di dapur rumah.

Kenyang sudah perutku, waktunya  bermain lagi! aku bermain kartu UNO dengan Kayyisha, Nico, Yazdad, Syauqi dan Danish di teras rumah bu Eti, ditengah-tengah saat bermain tiba-tiba ada sekelompok anak kampung (mereka lebih suka dipanggil begitu) yang mengajak kami bermain bola dilapangan yang dekat dengan saung, aku hanya nonton mereka main saja dari saung karena siang jam 12-an bukanlah waktu yang tepat bagiku untuk bermain diluar ruangan.


Bermain di rumah pak Jaka
Lama-lama cuaca diluar semakin panas membuatku ingin pulang kerumah bu Eti tetapi tim orchid yaitu Khansa, Tachi dan Aliyah mengajak kami regu-regu putri  untuk bermain bersama di rumah pak Jaka, seperti biasa, permainan yang kami mainkan adalah kartu remi dan UNO, yang menang akan mendapatkan keripik gula aren kesukaan kami semua tapi hal itu hanya bertahan sampai ronde ke-2. “Eh, pada mau bantuin masak nggak nih?“ tanya bu Itin ibu inang tim orchid. Kami semua langsung berlari ke dapur, cuci tangan, duduk, menunggu diminta tolong, “siapa nih yang mau motongin kangkung?“ tanya bu Itin lagi. Kami semua bergegas mengambil pisau, talenan dan baskom untuk memotong kangkung yang pada akhirnya... kami memotong secara bergantian. Aku ingin memotong kangkung dengan cepat agar ibu Itin tidak menunggu lama yang ada kami malah bermain “siapa paling cepat memotong kangkung“.

Setelah berjam-jam di rumah pak Jaka, kami kembali ke rumah bu Eti, ternyata bu Eti sedang mencari kayu bakar di hutan dekat rumah lalu kami ikut membantunya, kami juga belajar memotong-motong dahan pohon pisang dengan golok, lalu pulangnya kami yang gotong-gotong kayu bakarnya.

Seharian ini kami sudah banyak main, berkeringat lalu menjadi bau, pliket dan panas. Ini adalah saat yang tepat untuk mandi, aku dan Kayyisha numpang mandi di rumah pak Komar dengan Tisyara dan Naura. Selesai mandi kami semua shalat mahgrib berjama’ah di masjid yang agak jauh dari rumah bu Eti (aku lupa nama masjidnya). Sesudah itu kami kumpul refleksi malam hari di saung dengan kakak mentor, regu azalea diberi kesempatan untuk menelepon orangtua masing-masing, saat aku menelepon hanya ibu dan kakaku yang ada, ayahku sedang mandi jadi aku menelepon dengan kucing-kucing ku dirumah, suaranya lucu sekali membuatku kangen dengan mereka. Aku menelepon paling lama, membuat teman-teman reguku menunggu lama.

Karena Kami sudah lapar dan ngantuk jadi kami balik ke rumah bu Eti dari saung. Sebelum tidur kami makan dulu di teras rumah, sambil makan kami melakukan “Sesi curhat“ hal ini kami lakukan agar saling kenal dekat satu sama lain.

Waktu menunjukan pukul 09.00, tak terasa kami ngobrol cukup lama sampai lupa kalau bu Eti masih menunggu kami di dalam rumah, akhirnya kami memutuskan untuk tidur.

Explorasi 2019 hari pertama



Hari pertama

Sore itu aku berangkat dari rumah menuju stasiun Senen. Jarak antara rumah dan stasiun Senen cukup jauh jadi kalau berangkat malam bisa telat.

Sampai disana aku makan dulu di kedai bakso lalu berkumpul dengan teman-teman.

Setelah foto-foto, mengambil tiket dan briefing, kami akhirnya berangkat menuju Tasik Malaya.

Selama dikereta
Selama di kereta, aku dan teman-teman sebangkuku yaitu Kayyisha, Tachi dan Khansa bermain kartu remi dan UNO, ngobrol-ngobrol, ngemil dan tentunya tidur. Kami juga menyaksikan teman-teman dibangku sebelah ditegur satpam karena berisik sehingga mengganggu penumpang yang lain, untungnya teman-teman sebangkuku sopan dan teratur jadi waktu di kereta kami duduk dengan tenang, lega dan nyaman selama 8 jam.

Sampai di Tasik Malaya
Sesampainya di Tasik Malaya kami shalat Shubuh dulu di masjid dekat stasiun lalu berangkat lagi ke alun-alun Tasik Malaya naik mobil bak yang sepertinya Memang sudah dipesan oleh kakak mentor.

Di mobil bak aku duduk di tengah-tengah, rasanya pengap sekali. Untung udaranya sejuk jadi masih bisa bersabar selama kurang-lebih  30 menit.

Akhirnya sampai di alun-alun kami bermain kena-jaga dan benteng. Aku juga mengambil foto disana dengan kamera analog. Entah sebenarnya apa tujuan kami kesana, alun-alun memberi kenangan seru bagiku, bisa menikmati udara sejuk, langit yang masih biru dan hal seru lainnya.

Cukup lama juga kami di alun-alun, kamipun jalan lagi dengan mobil bak menuju desa Sukajadi. Saat kami berangkat Alfar hampir saja ditinggal pergi karena yang lain lupa kalau Alfar sedang berada di toilet hal itu membuat mobil bak putri jalan terlebih dahulu walau yang sampai duluan mobil bak putra.

Keseruan di mobil bak
Kali ini aku berdiri di mobil bak, angin sepoy-sepoy dan lainnya yang berhubungan dengan udara  dan pemandangan membuat moodku senang ( lebih senang dari sebelumnya ) kembali apalagi bisa teriak-teriak di mobil melampiaskan seluruh kelelahan selama di kereta. Aku juga menyapa orang-orang yang berpapasan dengan kami dan mereka menyapa kembali.

 Akhirnya kami sampai di desa Sukajadi atau lebih tepatnya di kampung Zuhud. Disana kami bertemu dengan abah Apep, Ambuh Yoan dan Yazdad, mereka adalah salah satu warga kampung Zuhud. Setelah kami berkenalan, kami makan siang bersama di saung, makan nasi kuning yang sudah di pesankan oleh ambuh. Kami diberi kesempatan tidur di saung selama 30 menit atau mengerjakan log book oleh kakak mentor, aku memilih untuk tidur karena kelelahan saat tadi berdiri di mobil bak.

“ Din, bangun din! “ Entah suara siapa yang membangunkanku, akupun terbangun dari tidur. sudah waktunya memulai kegiatan lagi. Kegiatan kali ini kami melepaskan ikan di empang. Jarak antara empang dan saung lumayan jauh jadi kami jalan dulu melewati hutan-hutan. Saat di empang aku diberi beberapa ikan untuk dilepas. Aku melepaskan ikan dengan sangat hati-hati agar ikannya tak pusing, hal itu membuatku ditertawakan oleh teman-teman semua. Ikan-ikan yang dilepas putri adalah ikan mas sementara ikan yang dilepas putra adalah ikan mujair, pada saat giliran temanku Giga mendapatkan giliran melepas ikan, bapak yang membantu kami melepas ikan mengira Giga seorang perempuan karena berambut panjang dan postur badan yang seperti perempuan, hal itu membuat Giga malah diberi ikan mas.

Lanjut ke kegiatan selanjutnya yaitu main sepuasnya di dam. Air di dam sangatlah jernih, disana juga tak ada ikan jadi aman bagi kami. Teman-teman yang lain bermain “ terjun-terjunan “ dari ketinggian kalau tak salah 10 meter. Aku takut loncat dengan ketinggian tersebut dan kolamnya agak dalam, aku juga belum pandai berenang jadi aku memutuskan untuk tidak ikut main terjun-terjunan.

***
Setelah kulitku menjadi keriput, gosong dan pastinya kuyup akhirnya kami pulang dengan baju yang berat, sementara jalanan pulang itu tanjakan, angin pun bertiup kencang, membuatku masuk angin.

Malampun tiba, badanku sudah segar setelah mandi, rasanya ingin langsung tidur sampai besok pagi, tapi kami masih belum boleh pergi kerumah inang, tempat yang akan kami tinggali nanti dan harus makan malam bersama di saung dulu.

 Badanku sudah pegal-pegal, mata sudah meram-melek melulu akhirnya kami regu azalea yaitu Indri, Titan, Kayyisha dan aku sudah boleh pulang ke rumah inang. Ibu inang kami bernama ibu Eti, dia adalah seorang janda tua yang tinggal sendiri di rumahnya, ia bekerja sebagai petani, ibu Eti juga tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tapi mengerti arti-artinya, hal itu membuatku kesulitan saat berbicara dengan bu Eti ( aku satu-satunya yang bukan orang sunda di regu azalea ). Rumah bu Eti sangatlah sederhana, masih ada sumurnya, masih pakai tungku, masih pakai seterika arang dan masih pakai lampu pijar. Saat kerumah bu Eti, bu Eti juga mengundang tetangga lainnya lalu kami ngobrol bersama malam itu. Aku juga berkenalan dengan seorang anak perempuan bernama Ashila yang usianya kalau tak salah 4 tahun, dia juga ikut ngobrol dengan kami. Waktu menunjukan pukul 09.00 malam waktunya kami tidur.